Sabtu, 08 Oktober 2016

Persahabatan

SAHABAT
Periksalah kembali persahabatan yang pernah anda rajut. Apakah masih terbentang di sana? Apakah anda telah melupakannya jauh sebelum ini. Bekerja keras dan meniti jalan karier bukan berarti memisahkan anda dari persahabatan. Beberapa orang mengatakan bahwa menjadi pemimpin itu berteman sepi; selalu mengerjakan apapun sendiri. Memang pohon yang menjulang tinggi berdiri sendiri. Perdu yang rendah tumbuh bersemak-semak. Demikianlah hidup yang ingin anda jalani ? Bukan.Jangan kacaukan karier dengan kehidupan yang semestinya. Persahabatan merupakan bagian dari hidup anda.Binalah persahabatan.Anda akan merasakan betapa kayanya hidup anda. Berbagi kesedihan pada sahabat, mengurangi kesedihan. Berbagi kebahagiaan pada sahabat, memperkokoh persahabatan.
Orang bijak bilang sahabat adalah satu jiwa dalam tubuh yang berbeda. Barangkali itulah mengapa persahabatan meringankan beban anda, karena dalam persahabatan tidak ada perhitungan. Disana anda belajar menghindari hal-hal yang anda tidak setujui, dan senantiasa mencari hal-hal yang anda sepakati. Itu juga mengapa persahabatan adalah kekuatan. Sebagaiamana kata pepatah, hidup tanpa teman, matipun sendiri.
WISDOM DAY
Manusia yang paling lemah adalah orang yang tidak mampu mencari teman.Namun yang lebih lemah dari itu ialah orang yang mendapatkan banyak teman tetapi menyia-nyiakannya. (ALI BIN ABU THALIB) 
(Dikutip dari: Motivasi Net)

Selasa, 04 Oktober 2016

Persahabatan

Hai sahabatku..saudaraku..., tak kusangka perjalanan kita melewati hari-hari yang tak hanya suka ria tetapi juga duka lara, yang kadang melelahkan,namun kita tetap bersahabat.Meski terjal dan berliku kita tetap lalui. Tak jarang kita berbeda pendapat, beradu argumen, dan atau malah saling mencibir.Terkadang jika sudah terlalu lelah untuk mengutarakan, kita hanya diam, membiarkan emosi masing-masing menguap seiring berjalannya waktu. Kita yang memiliki persamaan sekaligus perbedaan dalam sifat dan mengambil sikap telah ditakdirkan Tuhan sejak awal, bahwa akan ada ikatan berwarna serupa bernamakan persahabatan yang melekat di hati kita.
Aku ingin bercerita sejenak tentang kita. Mengenang cerita yang mewarnai perjalanan kita.
1. Pernah suatu ketika ada sikapku atau perkataanku yang tak berkenan di hatimu, kamu seketika menjauh dan berubah.
Kala itu aku tak menyangka, kemarahanmu begitu hebat, kali ini lebih banyak diam bahkan menghindari keberadaanku. Terkadang, diam bisa mengungkapkan segalanya. Dari situlah aku sadar, kamu benar-benar marah. Aku meminta maaf penuh penyesalan, tetapi tak kamu gubris sedikit pun.
Kamu bersikap seakan hubungan persahabatan kita cukup sampai disini saja.
Aku bingung harus menebus salahku bagaimana, sebab waktu tak mungkin mundur ke saat dimana aku berbuat salah. Ibarat manusia yang telah mati, tak mungkin hidup kembali hanya untuk membayar hutang-hutangnya.
2. Ternyata bertengkar dengan sahabat sepertimu membuatku frustasi
Hari-hari dimana aku dan kamu tak berkomunikasi adalah hari-hari yang sangat menyedihkan. Melelahkan. Bagaimana tidak? Seperti orang yang tak pernah mengenal. Kadang aku berpikir, seberapa besar salahku, sampai kamu tak mau sedikitpun menyapaku? Sahabatku, kamu tahu, di hari-hari yang membuat pundakku lebih berat dan merasakan lelah yang membuncah itu, aku cuma bisa memandangmu dari kejauhan.
Apa masih mungkin kita kembali seperti dulu, hai orang yang kini asing bagiku? Tertawa, berbagi cerita,bercanda seputar kebodohan kita, bercerita masalah pribadi,dan duduk berlama-lama di tempat makan favorit kita.
3. Pertengkaran kita memang hanya sehari dua hari, tapi sempat membuatku lelah? Aku sendiri sudah mulai pasrah
 Kamu yang sudah berubah menjadi orang asing itu tetap saja bersikap dingin. Buatku, itu isyarat darimu bahwa sudah tak ada harapan lagi untuk menyatu. Aku mulai tak peduli dengan kelakuanmu yang makin menyudutkanku. Namun tetap saja aku kepikiran barang selintas saja.
Seseorang yang menyakiti kadang akan merasa lebih sakit hati daripada yang tersakiti…
Dan benar, rasa sakitnya tak kunjung usai, ketika maaf dan penyesalan kita tak ada harganya sedikit pun. Tapi itu memberiku pelajaran, bahwa tidak ada satu toko pun yang menjual kata maaf untuk kubeli.
4. Diam-diam, kuselipkan doa disetiap sujudku semoga kita bisa kembali seperti sediakala
Segala cara sudah kutempuh untuk meminta maafmu, tetapi ternyata tak ada balasan sama sekali. Aku kecewa, ternyata kamu sekeras itu. Tetapi aku harus terima.
Dan cara terakhir adalah merelakan sikapmu dan membiarkanmu pergi dengan kebencian yang kamu bawa tentangku. 
Diam-diam aku bersyukur kamu bisa membenciku sedalam itu. Itu artinya aku adalah orang yang cukup berarti hingga bisa membuatmu sakit hati. Aku mulai terbiasa tersenyum ketika melihatmu meskipun masih dengan kebencian yang kamu simpan, masih dengan senyumanku yang selalu kukenakan saat bercanda hangat denganmu.
5. Suatu ketika,tiba-tiba kamu mengundangku untuk menemanimu makan, tetapi kali ini kamu yang tersenyum
Saat itu aku sedang santai di tempat kostku dan tiba-tiba hpku berdering,ada sms masuk,ternyata dari kamu,
Seketika aku menjadi bingung, tetapi ku-iya-kan permintaanmu. Kamu mulai mengajakku basa-basi. Jujur aku ingin tertawa. Kamu lucu, berpura-pura tidak ada apa-apa, padahal di balik ini usai terjadi perang dunia ketiga. Sebentar, 'usai' kataku? Ah, apakah ini pertanda kita bisa berteman kembali? Sungguh aku tidak masalah jika harus memulainya dari awal.
6. Pada akhirnya, doa yang pernah kuselipkan itu, muncul ke permukaan hubungan kita, menjadi tali yang mampu mengikat kembali keceriaan yang sempat hilang
Kamu tahu? Berulang kali kupanjat syukur ketika kamu tak lagi menjadi orang lain. Aku tak perlu susah memulai dari awal bagaimana kita berkenalan lantaran kita adalah dua orang yang memang sudah saling kenal, bahkan sangat mengenal luar dan dalam.
Aku percaya, sahabat itu mirip rumah, kemanapun kamu pergi merantau, kembalimu tetap ke rumah.
Sahabatku, aku bersyukur karena kita bisa menyelesaikan masalah dan mematahkan jarak yang sempat membuat kita menjadi dua orang asing dengan egonya masing-masing. Sahabatku, sejauh ini kita telah belajar menjadi orang yang seharusnya saling memahami, saling terbuka, dan saling mengerti.
Ya, jika suatu ketika kita bertengkar lagi, tidak apa-apa asal tahu batasnya, mungkin memang perlu ada warna gelap supaya lukisan cerita yang kita buat menjadi semakin mantap. Pernah bermasalah denganmu mungkin adalah ujian dari sebuah pilihan.Kini aku lebih yakin. Ya, aku telah memilihmu menjadi salah satu orang terdekat. Sahabat, terima kasih telah ada dalam hidupku.